PSAK 241 (Sebelumnya PSAK 69): Akuntansi Agrikultur

Sebagai negara agraris dan maritim, perekonomian Indonesia didukung dari usaha di sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perikanan dan peternakan. Usaha di bidang ini senantiasa mengalami perkembangan yang pesat dan semakin dinamis. Banyak faktor yang mempengaruh perkembangan tersebut, seperti perkembangan teknologi yang semakin maju, meningkatnya permintaan, dan munculnya otonomi daerah yang berdampak terhadap pengelolaan usaha ini. Seiring dengan perkembangan tersebut, tuntutan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan usaha semakin meningkat. Saat ini PSAK secara kontinu melakukan proses konvergensi IRFS sehingga penyusunan laporan keuangan menjadi lebih kompleks dengan banyak menggunakan konsep nilai wajar dan pertimbangan profesional

PSAK 241 Agrikultur telah disahkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK IAI) dan berlaku efektif 1 Januari 2018 dengan penerapan dini diperkenankan. PSAK 241 mengatur perlakuan akuntansi untuk aset biologis (biological asset) yang terkait dengan aktivitas agrikultur yang harus diukur dengan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (fair value less cost to sell).

Apakah dampak penerapan PSAK 241 terhadap laporan keuangan perusahaan yang bergerak dalam industri agrikultur Indonesia?

Pelatihan ini bertujuan supaya peserta dapat memahami dan dapat mengimplementasikan peraturan dan perlakuan akuntansi yang telah berubah dan berdampak langsung dalam industri agrikultur.

Materi Pelatihan:

1. Laporan Keuangan Perusahaan Agrikultur
2. PSAK 216 (Sebelumnya PSAK 16): Aset Tetap
3. PSAK 113 (Sebelumnya PSAK 68): Pengukuran Nilai Wajar
4. PSAK 236 (Sebelumnya PSAK 48): Penurunan Nilai Aset
5. Pengenalan PSAK 241
6. PSAK 241: Akuntansi Agrikultur
7. Studi Kasus